Selasa, 14 Mei 2013

Sistem Pencernaan Makanan

I.                  
SISTEM PENCERNAAN MAKANAN
 
Pilihlah jawaban yang paling benar!

1.  Proses pencernaan yang terjadi di mulut berlangsung secara mekanik dan kimiawi dengan menggunakan enzim sebagai katalisatornya. Zat yang diubah di dalam mulut dengan perantaraan enzim adalah ....
a. vitamin                   d. karbohidrat
b. mineral                   e. lemak
c. protein

2.  Bagian dari saluran pencernaan yang memiliki daerah permukaan terluas untuk mengabsorbsi molekul makanan adalah ....
a. lambung                 d. kolon
b. esofagus                 e. ileum
c. duodenum

3.  Getah pencernaan pada usus (sucus etericus) terdiri atas ....
a. getah pankreas
b. cairan empedu
c. cairan empedu dan getah dinding usus halus
d. cairan empedu, getah pankreas, dan getah dinding  usus halus.
e. dinding usus halus

4.  Organ pencernaan terdiri dari saluran dan kelenjar. Organ yang tergolong kelenjar adalah ....
a. hati dan pankreas
b. usus halus dan anus
c. rektum dan lambung
d. kelenjar ludah dan kerongkongan
e. usus besar dan kerongkongan

5.  Bagian alat pencernaan makanan yang tidak berfungsi mencernakan makanan secara kimia adalah ....
a. usus dua belas jari d. lambung
b. rongga mulut          e. kerongkongan
c. usus halus

6.  Saluran pencernaan makanan yang menghubungkan mulut dengan lambung adalah ....
a. usus halus              d. faring
b. kerongkongan      e. esofagus
c. ventrikulus

7.  Selain berperan sebagai endokrin, kelenjar pulau langerhans pada pankreas juga sebagai eksikrin, karena menghasilkan enzim getah pencernaan berupa ....
a. amilase
b. sakarase, maltase, dan lipase
c. kolesistokinin
d. NaHCO3
e. enterokinase

8.  Zat-zat makanan yang telah dicerna menjadi molekul-molekul yang sederhana, sesampainya di usus halus diserap oleh vili dan ....
a. hanya vitamin dan mineral yang menuju kapiler
b. semuanya akan menuju ke kapiler
c. asam lemak dan asam amino menuju ke pembuluh chyl
d. asam amino, glukosa serta asam lemak menuju ke pembuluh chyl
e. asam lemak dan gliserol menuju ke pembuluh chyl sedangkan asam amijo, glukosa, vitamin dan mineral ke kapiler

9. Yang termasuk zat makanan mikro (mikronutrien) adalah ....
a. karbohidrat dan air
b. protein dan mineral
c. lemak dan vitamin
d. lemak dan karbohidrat
e. vitamin dan mineral

10. Bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita anemia adalah ....
a. kangkung dan bayam
b. kacang-kacangan dan buah-buahan
c. telur dan buah-buahan
d. ikan laut dan rumput laut
e. kuning telur dan otak

11. Rasa nyeri pada usus karena adanya penyerapan air yang berlebihan sehingga feses menjadi keras disebut ....
a. defekasi                  d. hemoroid
b. gastrokolik             e. konstipasi
c. gastritis

12. Urutan jalannya makanan pada hewan memamah biak dari mulut sampai keempat macam lambung adalah ....
a. mulut - omasum - abomasum - kembali ke mulut - rumen - retikulum
b. mulut - rumen - retikulum - kembali ke mulut - omasum - abomasum
c. mulut - rumen - retikulum - omasum - abomasum – kembali ke mulut.
d. mulut - retikulum - kembali ke mulut - rumen - omasum - abomasum
e. mulut - rumen - retikulum - omasum - kembali ke mulut – abomasum

13. Pada anak sapi, air susu yang diserap dari induknya langsung masuk ke abomasum karena ....
a. saluran makanannya dari mulut langsung ke abomasum
b. anak sapi bagian lambungnya belum terbagi-bagi
c. air susu tidak perlu dikunyah
d. rumen, retikulum dan omasum masih kecil dan belum berfungsi
e. sistem pencernaan makanan belum berfungsi

14. Ruang pada lambung sapi yang sama dengan lambung manusia adalah ....
a. retikulum                d. omasum
b. rumen           e. fundus
c. abomasum

15. Sakit maag yang akut dapat mengakibatkan penyakit lain, yaitu ....
a. peritonotis              d. meningitis
b. diare akut               e. faringitis
c. tukak lambung

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

1.  Organ apa saja yang menyusun sistem pencernaan pada manusia? Bagaimana pula perlakuan makanan pada organ tersebut?
2.  Jelaskan kandungan zat yang harus dipenuhi pada makanan yang sehat!
3.  Bagaimana cara menguji bahan makanan yang mengandung amilum, protein, dan lemak?
4.  Sebutkan perbedaan yang terjadi pada sistem pencernaan manusia dengan hewan ruminansia!
5.  Apakah fungsi dari kelenjar pencernaan!

BAHASA JAWA-PIDATO



Nama         : Erik Pratomo
Kelas                   : XI IPA 2
No. Absen : 11
Assalamualaikum Wr. Wb
Ingkang kinurmatan Bapak Gubernur saha Wakil Jawa Tengah Bapak Bibit Waluyo lan Ibu Rustriningsih. Ingkang pantes sinudarsana Bapak utawi Ibu Camat saben Dusun, sarta para hadirin ingkang saha kinurmatan. Sumangga kita sareng-sareng ngujakaken Puji Syukur dhumateng ngersanipun Allah SWT ingkang sampun maringi kito sedoyo nikmat sehat saengga kita saged makempal wonten papan menika kanthi bagas waras kalis ing rubeda.
Sakderengipun kula aturaken Matur Nuwun panjenengan sedoyo sampun nyempetakken wekdalipun kagem makempal wonten papan menika. Para rawuh, kito sedoyo sampun mangertosi babagan kutha Pemalang punika kathah papan pariwisata ingkang apik lan endah, tuladhanipun “Cempaka Wulung, Moga”- “Pantai lan Widuri Waterboom” -“Zatobay Waterboom” - “Pantai Nyamplung Petarukan”- “Curug Bengkawah”- “Goa Lawa” lan sapanunggalipun.
Nanging, sajatosipun kathah papan wonten kutha Pemalang ingkang jumbuh  dipundadosaken papan pariwisata, tuladhanipun Redi gajah. Redi gajah iku pantes utawi jumbuh kagem wisata Pendhakian. Turis utawi masyarakat lokal saged nyaluraken bakat pendhakian Redi. Sapanunggalipun, Taman Makam Penggarit. TM Penggarit iku uga jumbuh kagem Wisata kaliyan ngarungi sisi mistik utawi misteri. TM Penggarit dipunrapikaken malih supadhos langkung sae lan panthes kagem papan wisata misteri utawi mistik.
Sajatosipun kathah papan sapanunggaling wau, nanging kito sedoyo kudhu nilik kahanan wonten papan kasebat. Wonten masalah kasebat, Bapak lan Ibu Gubernur dipunsuwun kagem resmikaken papan wisata kalawau. Bapak utawi Ibu camat  uga kathah peranan wigati yaiku papan wonten kecamatan  menika angsal dipundadosaken papan wisata lan proposal persetujuan. Papan wisata iku saged maringi Pendhapatan Kutha lan Propinsi. Kito temtu ngertos, Kutha Bali. Kutha ingkang kathah papan wisata kang dipunminati Turis utawi masyarakat Indonesia. Kutha Bali kathah Pendapatan ingkang biso dipunagem kagem mbangun kutha supadhos langkung sae. Kito, pemimpin Kutha Pemalang temtu pingin kahanan wonten Bali wau, inggih?
Tanpo kerjasama lan usaha saking kito Pemimpin Kutha Pemalang lan Propinsi Jawa Tengah, mboten bakal maju Pemalang. Kito kedhah nyatu lan usaha kagem kemajuan kutha Pemalang. Pemalang maju, iku harapan kathah masyarakat Pemalang. Cekap sementen, pidato kula wonten adicara menika.
Kupat Siniram santen
Wonten lepat nyuwun Pangapunten

Wassalamualaikum Wr. Wb

RINGKASAN NOVEL-TUGAS BAHASA INDONESIA

RINGKASAN NOVELET DAN KUMPULAN CERPEN
“Lolong Lelaki Lansia”
Karya: S.N. Ratmana

Disusun untuk memenuhi Tugas Prasyarat Bahasa Indonesia yaitu Membuat Ringkasan baik Novel, Biografi Tokoh maupun karyasastra fiksi-nonfiksi lainnya.




Erik Pratomo
XI IPA 2
18439






SMA NEGERI 1 PEMALANG
Jalan Jendral Gatot Subroto Pemalang Telp. (0284) 321437
IDENTITAS BUKU

1.      Nama Pengarang      : S.N. Ratmana
2.      Tahun Terbit             : 2011
3.      Judul Buku                : Lolong Lelaki Lansia
4.      Kota Terbit                : Tegal
5.      Penerbit                      : Forum Lingkar Pena (FLP) Tegal Self Publishings
6.      Harga Buku               : Rp. 30.000,-
7.      Jumlah Halaman       : 240 hlm.
8.      Ukuran Buku                        : 20 x 15 cm

Keterangan Tambahan Isi Buku:
1.      Jumlah Bab dalam buku adalah 4 Bab (Novelet), sisanya adalah kumpulan cerpen yang berjumlah 10 buah cerpen.
2.      Pengantar cerita yang berjudul “Lolong” dijadikan Satu Bab bersama Bab 1.













BAB I

            Afi, gadis kecil berusia 9 tahun tinggal bersama Ayah, Ibu , Adik dan Kakeknya. Untuk memperingati Usia Kakeknya, Yayat bin Thayib  yang genap 70 tahun, atas kemauan Ibu Afi, Keluarga Afi mengadakan syukuran. Syukuran tersebut dihadiri sekitar 15 orang termasuk Paklik dan Bulik Afi. Kakek hendak mengisi tasyakuran tersebut dengan sebuah kejutan. Keluarga Afi mengira bahwa Kakek akan menyanyikan lagu lagu Jepang yang beliau pelajari dulu waktu SD. Kakek tidak menyanyikan lagu jepang, justru membuka tas tua yang berisi setumpuk buku tulis. Buku itu adalah catatan kakek selama masih kanak kanak dan tentu saja sudah tua umur buku tersebut. Kakek membacakan isi buku tersebut kepada para hadirin dengan suara lantang. Isinya tertuang dalam 3 bab ini, berikut kisahnya.
            Yayat beserta Ibu dan Kakaknya mengembara dengan tujuan ke kota Pekalongan yang mereka mulai sejak tanggal 20 Desember 1948. Sudah pasti perjalanan mereka menuju Pekalongan adalah untuk bersilaturahmi pada Keluarga Raden Haji Sulaiman (Wak Kaji) dan Wak Brenti. Perjalanan ini mereka lakukan dengan naik dokar. Yayat sudah membayangkan makanan apa saja yang disiapkan keluarga Wak Kaji sesampainya mereka disana. Selama diperjalanan, Ibu Yayat sering murung memikirkan nasib Pak Thayib yang ditangkap oleh Belanda di tengah hutan. Ibu Yayat meminta agar anak anaknya selalu mendoakan Ayah mereka. Selama naik dokar, Yayat mengamati kuda dokar yang ia tumpangi. Ia membandingkan dokar ditempat itu dengan di Wonosobo yang agaknya ditempat itu dokarnya lebih bagus dan kudanya lebih gagah.
Setelah perjalanan, mereka menginap di rumah Wak Parto (Sahabat Karib Pak Thayib waktu muda). Meski sehari saja, serasa lama karena sikap Wak Parto yang bersebrangan dengan mereka yaitu Pro pada Penjajah Belanda. Wak Parto sendiri termasuk orang yang disegani karena beliau jago silat. Namun sayangnya, meskipun beliau berpendidikan rendah, lagaknya seperti orang yang berpendidikan tinggi. Sempat terjadi berkali kali ketegangan diantara Wak Parto dan keluarga Yayat karena Wak Parto lagi lagi mengagungkan Belanda. Terlebih menghina bahwa Presiden Soekarno pemimpin yang mencla mencle dan Pro pada penjajah Jepang. Pembicaraan Wak Parto yang lagi lagi mengangungkan Belanda selesai karena beliau mencela Ayah Yayat, Pak Thayib yang tidak mau bergabung dengan Belanda. Sehingga Ibu Yayat pun tersinggung dan marah.
            Perjalanan mereka selama melewati desa Wonopringgo agaknya menyakitkan bagi Yayat. Ia melihat bangunan Sekolah yang mana tempat belajar ia dan teman teman sebayanya. Alangkah terhinanya bangsa ini, anak anak bangsa dididik pada sekolah yang dikuasai Belanda. Mereka harus dididik mencintai bendera Belanda (Merah, Putih, Biru). Sesampainya di Pekajangan, Yayat, Ibu dan kakaknya berfikir bahwa Pekajangan desa yang berindustri tidak seseram di Wonopringgo, sudah pasti penduduknya banyak yang kaya. Meski Keluarga Yayat bin Thayib belum tergolong kaya, Ayah dan Ibu Yayat aktif terjun dalam organisasi milik orang Pekajangan. Pekajangan merupakan daerah yang mendapat perhatian atas peristiwa Agresi Militer Belanda yang pertama. Yayat mengenang pengalamannya 2 tahun yang lalu bersama Mas Sono yang menjadi Perwira Pasukan Hizbullah. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 21 Juli 1947 dimana atas saran Mas Sono, keluarga Yayat bin Thayib meninggalkan kota Pekalongan dan mengungsi di daerah Kuripan Lor. Baru tinggal dua hari, Yayat dan keluarganya diajak oleh Mas Sono ke Markas barunya untuk mengamankan diri dari Serangan Belanda. Belanda melanggar isi Perjanji Linggarti. Ketika Mas Sono memerintahkan pasukannya keluar, Yayatpun ikut keluar tanpa tujuan. Untungnya, Yayat ditolong oleh salah satu pasukan Mas Sono dan dibawanya ke desa Kranji Kedungwuni , desa dimana Mas Sono dan pasukan Hizbullah lainnya menyusun taktik. Yayat mengenang pengalamannya kembali bersama Mas Sono dimana selama 10 hari Yayat bergabung dengan Pasukan Hizbullah dan jauh dari Ayah, Ibu serta kakaknya.
            Kembali pada perjalanan menuju Pekalongan. Yayat dan keluarganya beristirahat di desa Buaran sambil minum legen. Ibu Yayat meminta Yayat kembali sekolah, meskipun sekolah Partikuliran , Muhammadiyah, atau Al Irsyad. Yang jelas jangan menunjukkan sikap Republiken alias tunduk saja pada peraturan disitu. Termasuk jangan menyanyi lagu RI, melainkan lagu Nippon. Tentu saja itu sulit bagi Yayat. Ditengah perjalanan, mereka dihadang seseorang berpakaian silat namun bukan mereka yang turun menghampiri, melainkan Wak Parto. Wak Parto mengabarkan pada Yayat sekeluarga bahwa nanti di Kantor Socialle Zaken kami akan  diberi uang. Wak Parto semakin memuji muji Belanda bahkan menghina bahwa Uang ORI yang bergambar Presiden Soekarno sudah tidak laku dimana mana.
            Sesampainya di rumah Wak Kaji (RH Sulaiman), kami disambut senang sekali oleh Budhe Brenti. Wak Kaji menawari kami makan siang, namun pilihannya di tentukan oleh Yayat. Kurang ajarnya, Yayat ditanya malah nyelelek sehingga Mas Mardi marah dan mengatakan bahwa Yayat bermaksud mendapat pujian sebagai anak yang pintar. Seusai shalat dhuhur, Yayat membantu Dhik Afiyah mencuci piring. Setelah selesai, Yayat ke kamar Dhik Afiyah melihat catatan miliknya. Catatan pertama yayat membuat ia mengenang akan kata kata Ayahnya setelah Ayahnya melihat Raport Yayat. Yayat mendapat peringkat Satu. Ayah Yayat berpesan agar Yayat mencatat peristiwa ini dalam buku Notes pemberian Ayahnya karena telah mendapat peringkat satu. Lamunan Yayat dibuyarkan oleh Mas Mardi. Mas Mardi bilang bahwa Yayat memasuki kamar Perempuan. Yayat disarankan Mas Mardi agar tidur di kamar Yu Ramelah karena kamar Yu Ramelah sudah kosong semenjak Yu Ramelah ikut suaminya.


BAB II

Sekolah sudah lama diliburkan karena seluruh ruang kelas akan dijadikan asarama. Perang besar diperkirakan akan terjadi. Namun sekolah masih tetap buka seperti biasanya. Banyak pedagang sayur dan buah yang hilir mudik. Karena hari minggu, Yayat seperti biasa membantu Ibunya. Jika dulu waktu dibanjaran berjualan gethuk, sekarang di Warungasem yayat berjualan pisang rebus. Selama berjualan, ia harus mematuhi aturan ibu yaitu tidak jajan, hanya boleh beli minum saja. Kadang hasil penjualannya justru lebih banyak ruginya ketimbang untung. Ibu Yayat memutuskan untuk pergi kepasar Warungasem bersama Yayat dan Mbak Ati. Mas Mardi yang tidak bisa ikut menemani Ibunya karena dipanggil oleh Pak Thayib ke Wonosobo. Sepulang dari Wonosobo, Mas mardi mengajak Yayat, Ibu dan Mbak Ati menemui bapak ke Wonosobo.
Pak Thayib dan keluarganya tinggal di rumah Pak  Jufri selama berbulan-bulan. Kehidupan mereka di Wonosobo jauh lebih layak dibandingkan hidup di banjiran. Di Wonosobo mereka bisa mengayom pendidikan sesuai umur mereka masing-masing. Termasuk Yayat yang duduk  dibangku Kelas V di SR Longkrang 2. Konon, sekolah Yayat ini adalah Hotel Dieng, Hotel termegah di Karasidenan Kedu. Perjalanan Yayat ke Pasar untuk menjual ayamnya, ia ditarik tangannya oleh Mas Mardi memberitahukan bahwa Jogja dibom oleh Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta ditawan Belanda yang barusaja disiarkan oleh RRI (Radio Republik Indonesia).  Keesokan harinya,  Yayat melihat pesawat Belanda yang berulang kali meluncurkan bomnya. Pukul 11 siang, Pak Thayib yang tadinya dikoperasi mengajak seluruh keluarganya meninggalkan Wonosobo. Sempat terjadi perdebatan antara Pak Thayib dan Ibu.
Ibu tidak menginginkan mengungsi jika Mas Mardi tidak ikut mengungsi. Pak Thayib berhasil membujuk Ibu mengungsi karena mereka juga sama sama menyayangi Mas Mardi. Ibu yang sanat menyayangi Mas Mardi karena harus berjuang melawan Belanda, disisi lain Pak Thayib juga menegaskan bahwa Mas Mardi menjadi seorang Republiken demi mempertahankan Kemerdekaan RI. Sebelum mengungsi, Pak Thayib meminta agar Ayam jago dan perbekalan secukupnya dibawa. Entah dimanapun tinggalnya yang penting mengungsi. Seluruh warga Wonosobo juga mengungsi. Serdadu Belanda mulai bermunculan. Bom bom diledakan dan peluru peluru ditembakkan ke darat. Banyak orang yang jongkok bertiarap mendengar dentuman ledakkan bom dan luncuran peluru. Pak Thayib menegaskan bahwa Belanda telah menyerang Bumi Pertiwi melancarkan Agresi Militernya. Begitu ledakkan dan luncuran pesawat maupun bom menyingkir, para Warga kembali berdiri.

BAB III
            Perjalanan Yayat, Pak Thayib dan Sekeluarga meninggalkan Wonosobo untuk mengungsi melewati area yang  berbahaya seperti sungai deras, hutan lebat. Sampai di desa Sedomulyo Pak Thayib dan sekeluarga bertemu dengan  kawan seperjuangan Pak Thayib diantaranya Pak Muhtar, Pak Soempeno, Pak Kasim, Pak Wigdado, dan Pak Usman dimana mereka memiliki jabatan penting pemerintahan kota Pekalongan. Selama di desa Sedomulyo mereka mengandalkan pancuran air yang mengucur dari perut bumi. Perjalanan selanjutnya adalah ke Desa Karanggondang yang menurut Pak Usman harus melewati hutan lebat yang masih dihuni banyak satwa liar alias binatang buas. Untuk memasuki hutan itu, perlu memakai Caping atau topi kepala untuk melindungi diri dari serangan binatang buas yang bergelantungan diatas pohon. Sampai digerbang Desa mereka disambut oleh Pemuda berbedil yang ternyata anak buah dari Kapten Endro dan mereka diantar ke Markas Kapten Endro. Mereka dijamu oleh Kapten Endro dengan jamuan yang enak. Selanjutnya, Pak Thayib sekeluarga beserta kawan seperjuangan Pak Thayib menuju desa Lolong.
            Sampai di gerbang desa, Yayat bertemu dengan Mas mardi dan mereka saling terharu satu sama lain. Ditemani Gito, Kawan Mas Mardi yang menjelaskan betapa susah payahnya berjuang satu setengah bulan menghadapi Agresi Militer Belanda. Mereka melanjutkan perjalanan bersama Mas Mardi untuk keluar dari Hutan Lebat. Tanah yang becek, jurang yang dalam dan gemerisik binatang sejenis serangga yang menusuk telinga. Didekat sungai Sengkarang dari rerumputan dedaunan terdengar suara truk yang sudah dipastikan Pasukan Belanda. Mas Mardi yang berusaha mengajak Yayat dan Mbak Atik kejurang justru malah jatuh ke jurang. Segera Yayat dan Mbak Atik mennolong untuk mengurut kakinya Mas Mardi yang sakit. Parahnya, Pak Thayib dibawa oleh Serdadu Belanda dan dimasukkan kedalam Tank kecil dan Bu Thayib juga hilang entah kemana.
            Yayat yang bersikeras ingin mencari Ibunya dilerai Kakak kakaknya karena hari sudah gelap dan area yang dilewati cukup berbahaya. Sempat mereka menemui bunga yang dikira mata harimau sampai sampai mereka harus memukul semak belukar. Mereka yang tadinya mengira Bu Thayib hilang ternyata Bu Thayib selamat dan berada di markas Kapten Endro dan mereka menemukan Bu Thayib dengan perasan baru sekaligus bangga. Bu Thayib menceritakan perjuangan dirinya selamat. Ia menerobos tanah longsor, mengikuti Serdadu Belanda yang mengenali salah satu anggota keluarga Bu Thayib dan  akhirnya sampai di Markas Kapten Endro. Keesokkan harinya, Bu Thayib dan sekeluarga melanjutkan perjalanan melewati Hutan lebat Karanggondang-Lolong . Perjalanan mereka seringkali menemui macan kumbang, dan monyet monyet liar. Sesekali mereka mengobrol. Mbak Atik yang berfikir bahwa Bu Thayib pilih kasih. Bu Thayib lebih menyayangi yayat dengan bukti selalu menangisi yayat saat hilang, beda dengan Mas Mardi pergi ibu tidak menangis sama sekali. Bu Thayib menyanggah karena bu Thayib tidak merasa pilih kasih dan menyayangi semua anaknya. Bu Thayib lebih menyayangi Yayat karena yayatlah yang lebih banyak kekurangan dibandingkan Mardi dan Mbak Atik.
            Di perjalanan mereka bertemu dengan Mak Carmad dan pak Carmad. Mereka selalu menceritakan seluk beluk hutan Karanggondang-Lolong ini. Terlebih pak Carmad mampu menunjukkan mereka area yang mudah dilewati dan bagaimana melewati sungai yang berjembatan panjang. Selama berjalan mereka harus buang muka pada serdadu belanda. Pak Carmad pun membantu Bu Thayib beserta anaknya mengantar mereka ke rumah Wak Parto.
           

BAB IV
            Ketiga Bab diatas adalah catatan  Buku Harian milik Kakek Yayat bin Thayib. Bab Ini adalah catatan buku harian milik Afi yaitu cucu dari Kakek Thayib. Kakek Thayib mengajak anak cucunya berlibur sambil belajar sejarah. Pak Marto, menantu Kakek Yayat atau Ayah Afi yang menjadi supir mobil, sedangkan Bu Ita, anak kakek Yayat ibunya Afi dan Bagus yang membawa perbekalan selama liburan sedangkan Kakek Yayat sendiri sebagai Pemandu Wisata.
            Setelah perjalanan yang cukup jauh dan menghabiskan perbekalan yang cukup banyak, akhirnya sampai juga didesa Lolong. Sampai di jembatan sungai dekat desa Lolong, Kakek Yayat mulai menceritakan kisah nyata sejarah kakek Yayat beserta keluarganya melawan penjajah. Tokoh Besar RI yaitu Bung Karno dan Bung Hatta diasingkan dan ditawan Belanda dipulau yang jauh oleh Pemerintahan NICA. Di Pekalonga, NICA tidak mampu menjamah seluruh desa yang ada. Desa Lolong yang mempunyai Kepala Desa Recomba alias pembantu Belanda ternyata seorang Republiken. Nama Lurah itu tidak lain adalah Pak Carmad yang telah membantu perjalanan keluarga Kakek Yayat melawan penjajahan selama Kakek Yayat kecil. Pak Carmad yang mati karena tertembak belanda saat mencoba menepi ke Sungai. Kematian Pak Carmad itu karena Di desa Lolong mempunyai pengkhianat Indonesia yang setia pada Belanda. Pengkhianat itu melaporkan Pak Carmad yang telah membantu para Republiken kepada Belanda.
            Mengingat hal itu, ada perasaan sedih dalam batin Kakek Yayat. Karena pada jaman penjajahan belanda tidak semua rakyat Cinta Tanah air, ada juga yang setia Pada Belanda. Ada yang pengkhianat sembunyi, Pegawai Recomba yang terang terangan juga para pasukan Belanda dari kaum pribumi. Pak Carmad yang diselamatkan warga desa dengan segenap cara agar jasad pak Carmad bisa diangkat ke tepi Sungai. Pak Carmad dimakamkan di desa Lolong. Islam atau bukan pak Carmad tetap diperlakukan layak sebagaimana Jenazah islam. Kakek Yayat juga menceritakan Nippon belanda yang meminta rakyat dari semua golongan berkumpul dilapangan Kota Pekalongan. Ternyata para Nippon itu melakukan pembantaian sadis kepada rakyat sehingga menimbulkan dendam para Rakyat. Jumlah rakyat yang mati mencapai 37 orang sedangkan pembalasan rakyat jumlah pasukan belanda yang mati tidak sampai 37 orang.
            Kakek Yayat juga menceritakan tentang Eyang Thayib. Eyang Thayib, ayahanda kakek Yayat adalah republiken yang benar benar Ikhlas melawan tentara belanda. Eyang Thayib pernah ditawan belanda. Selama ditawan, gertakan perlakuan kasar bahkan ancaman akan dieksekusi mati didekat sungai pencongan. Seperti eksekusi mati Pak Carmad. Setelah pemerintahan membaik dimana Indonesia sudah mulai aman, Eyang Thayib mendapat Jabatan sebagai Kepala Jawatan  Penerangan tingkat Kota. Itupun dianggap eyang Thayib sebagai anugerah yang luar biasa. Setelah selesai bercerita, Kakek yayat mengajak anak cucunya pulang kembali ke Tegal. Itulah yang dimaksud Afi, berlibur bersama Kakeknya dan Keluarganya sambil membuka lembaran sejarah.

CERPEN I
“ TASINI ”
            Upacara Pemakaman Brigjen Tarjono yang serba agung menghidupkan kembali nama Tasini, Ibunda Brigjen Tarjono. Dua minggu setelah pemakaman Brigjen Tarjono, Sungkeratan Gang 3 yang tadinya sebuah Gang, diperlebar menjadi sebuah jalan.Ini semua karena Sikap Brigjen Tarjono pada emaknya, Tasini. Brigjen Tarjono ingin dimakamkan di dekat Makam Emaknya, Ibu Tasini. Pemberian nama Jalan itu cukup kemelut yaitu melalui sebuah Sidang Pleno agar tidak menimbulkan perdebatan berbagai pihak.
            Wanita tua yang berdiri didepan mimbar dihadapan para fraksi dan anggota DPRD mengusulkan agar mempertimbangkan pemberian nama itu R. Soempeno. Mengingat Alm. Brigjen Tarjono lahir dari rahim Ibu Tasini. Tasini adalah wanita yang gila selama mengandung. Wanita lain yang melahirkan anak dengan kucuran darah dan susah payah, Tasini ditambah lagi, gila. Setelah melahirka, barulah Tasini sembuh dari kegilaannya.
            Wanita tua itu selaku ketua fraksi menjelaskan bahwa R. Soempeno sedikit berjasa namun belum merakyat jasanya. Beberapa fraksi mencoba melawannya. Interupsi bertubi tubi terjadi. Akhirnya, disepakatilah 3 calon nama jalan tersebut. Tiga nama itu adalah Tasini, Brigjen Tarjono dan R. Soempeno. Akhirnya jalan tersebut diresmikan dengan nama jalan Tasini. Mengingat Tasini adalah Ibu yang sejati, ibu yang patut dibanggakan
CERPEN II
“ PIPIIIIS “

            Bu Ilham, wanita sebaya berusia 45 tahun sedang menjalani persidangan yang cukup berat. Persidangan yang selalu keluar cemoohan, poster poster yang memaki makinya dan teriakkan para hadirin. Mendengar dirinya hendak ditelanjangi para hadirin yang berteriak teriak membuat Bu Ilham jatuh pingsan. Bu Ilham mengingat perbuatannya selama di panti Asuhan. Ia mengingat tentang  Jaenah.
            Jaenah adalah anak kecil yang berasal dari daerah yang kurang mengenal aturan. Wajahnya yang memelas dan ketidakberdayaannya membuat Bu Ilham memperlakukannya dengan baik dan selalu bersikap lunak padanya. Belum lama menjadi penghuni Panti, Jaenah ternyata sudah berkali kali ketahuan mencuri uang atau barang milik temannya di Panti atau di Sekolah.
            Perbuatan mencuri uang temannya saat jam sekolah yang ketahuan oleh Tukang Kebun Sekolah, membuat Jaenah diurusi oleh Ibu Panti yang tidak lain adalah Bu Ilham. Pihak sekolah menyerahkan pembinaan Jaenah kepada Bu Ilham. Bu Ilham berkali kali menginterogasi Jaenah namun jaenah tidak juga mau mengakui perbuatannya. Saat Jaenah ingin buang air kecil alias pipis bu Ilham memanfaatkan hal ini untuk menyuruh anak panti mengintai Jaenah. Ternyata benar, Jaenah menyembunyikan  uang curiannya didalam anunya. Bu Ilham menjadi geram dan marah pada Jaenah. Jaenah diikat pada sebuah pohon didekat panti.
            Malam harinya bu Ilham berusaha membujuk jaenah mengakui perbuatannya namun sayang  Jaenah berulang kali menyangkali perbuatannya itu. Jaenah dihukum dengan dikunci dikamar tengah tidak boleh keluar. Saat Jaenah ingin Pipiis dan memanggil bu Ilham, Bu Ilham lalu mencoba membimbing Jaenah mengakui perbuataannya. Karena Jaenah lagi lagi menyangkal, maka Bu Ilham membiarkannya untuk melakukan apapun dikamar itu, entah mau buang air sekalipun. Paginya, Bu Ilham masuk kamar Jaenah dan melihat jaenah yang terkulai lemas dan badannya dingin. Jaenah mati oleh Ibu Asuhnya sendiri karena menahan Pipisssss hingga semalaman.
            Bu Ilham tersadar dari lamunan ingatannya. Ia berada disebuah kamar asing karena pingsan. Bu Ilham akan segera mendapat keputusan dari hakim. Petugas polisi mengatakan pada Bu Ilham bahwa bu Ilham tidak akan mendapat hukuman yang berat. Bu Ilham telah menegakkan kebenaran didalam Panti. Bu Ilham sedih dan selalu terngiang kata kata terakhir Jaenah yaitu: “Buu.... Ibuuuu ... Jaenah mau pipiissssssssss......!!!









CERPEN III
“MALAIKAT MALAIKAT ITU”

            Seorang laki-laki tua berkulit sawo matang berumur sekitar 50 tahunan sedang melaksanakan Ibadah Haji. Ketika sampai di Kakbah, lelaki tua itu bukan malah terharu melihat pemandangan Kakbah yang mempesona, agung dan mewah itu. Ia sempat berpikir bahwa Iman dirinya belum tebal. Namun, Ia sendiri sangat takjub melihat Kakbah didepannya. Ia teringat akan teman-temannya dikampung yang sudah pernah ke Kakbah mengejek Kakbah bagai bangunana Aki mobil yang jelek. Padahal, Kakbah adalah tempat yang dijadikan Kiblat seluruh umat Islam beribadah. Bahkan, yang sudah mati sekalipun menghadap ke Kakbah ini. Ia merasa berada di fokus umat sejagad baik yang sudah mati maupun masih hidup.
            Begitu dirinya melihat jutaan umat dari seluruh penjuru didunia, hatinya terpana dan mulailah tangannya menengadah bersiap untuk memuji KeAgungan Sang Khaliq. Ia mendengar suara Adzan. Suara Adzan itu tidak ada bedanya dengan Adzan dikampungnya, hanya lebih berirama, hening, jelas dan mesra sekali. Ia benar benar terpukau dan terpana mendengar dan melihat jutaan umat beribadah di tempat hajinya ini. Ia baru menyadari bahwasannya dirinya telah dipanggang oleh teriknya mentari bulan Agustus. Meskipun banyak jama’ah yang bertahan di Mesjid, ia meninggalkan masjid untuk keluar ke jalan raya sekitar Masjid. Lelaki tua itu sangat lunglai, lelah dan haus merajalela disekujur tubuhnya dan berjalan sempoyongan. Hampir terjatuh. Beruntunglah, ia sempat ditahan sebelum jatuh oleh sosok lelaki. Lelaki itu menenggukkan botol air minum kemulutnya, dan sisanya dituangkan ke wajahnya. Lelaki penolong itu mengantarkan lelaki tua kepondokkannya karena ia mengetahui identitas lelaki tersebut.
            Beberapa lama setelah dirinya beriktikaf, membaca shalawat dan kalimat thalbiyah, beberapa jamaah ada yang kehausan dan ingin mengambil air digentong. Para jamaah yang kehausan itu tidak mungkin mengambil air secara langsung ke gentong. Karena dirinya berada di shaf  paling depan, dirinyalah yang meng-estafetkan beberapa gelas para jamah untuk diisi air dari gentong. Meskipun itu membuatnya cukup kurang fokus dalam Iktikafnya.Problem muncul ketika air gentong habis. Posisi gentong yang ia miringkan tidak meneteskan air sedikitpun. Dirinya juga dilanda haus yang dahsyat. Dia menoleh kekiri dan kekanan mencari gentong yang masih berisi air.
Dia melihat seorang laki laki yang mengacungkan jarinya sambil meneriakkan kata yang dirinya kira lelaki tersebut meminta air. Ia mengisyaratkan kepada lelaki itu bahwa gentongnya sudah tidak ada air. Berulang kali lelaki itu mengisyaratkan bahwa air dalam gentong habis. Alangkah kaget lelaki Sawo matang, lelaki itu  memberikan botol yang berisi air minum. Lelaki itu mengisyaratkan agar si Sawo matang meminum air dalam botol itu. Lelaki sawo matang  belum sempat mengucapkan terimakasih dan hamdalah sesudah mendengar Adzan. Namun lelaki sawo matang itu mengamati profil lelaki pemberi minum itu. Terbesitlah dibenaknya kalau lelaki pemberi minum itu sama seperti lelaki yang pernah menolongnya dan memapahnya ke pondokkan. Ia merasa mereka bukan manusia biasa, melainkan Malaikat Utusan Allah yang ditugaskan menyelamatkan dirinya dari maut.

CERPEN IV
(Seikat Cerpen Mini)
“DUH”
(I)
            Lelaki tua, sebut saja Pak Rahmat sering merasa terganggu dengan salah sambung telepon. Kali itu dia mendapat telepon dan dengan sengaja mengerjai si penelepon dengan suara perempuan. Dia mengerjai si penelpon dengan pura pura sebagai biro jodoh. Si penelpon, lelaki berusia 65 tahun menanggapi dengan kebetulan dan menanyakan ciri-ciri jodoh yang ia inginkan. Namun ketika dirinya membalik tanya, identitas si Penelpon justru mendapat jawaban suara tertawa terbahak bahak. Pak Rahmat merasa dikerjai balik karena mengerjai orang lain.


(2)
            Lelaki tua berusia 62 tahun, sebut saja Pak Rahmat. Pak Rahmat sedang mengingat kenangan dirinya bersama Istri tercinta menikmati mangga hasil panen di Pekarangan. Ia terbangun dari ingatannya melihat tidak ada yang sedang membaca kitab, batin Pak Rahmat dirundung duka melihat sang Istri dihadapannya sudah terbungkus kain kafan. Ia  merasa menyesal tidak bisa menemani saat saat terakhir Istrinya untuk membimbingnya membaca talkin. Istri Pak Rahmat meninggal dalam proses persalinan setelah mengeluarkan jabang bayi dari rahimnya. Istri Pak Rahmat telah meninggalkan anak anaknya yang masih duduk dibangku sekolah dan kuliah. Banyak tetangga yang datang untuk berbela sungkawa. Puncak keharuan Pak Rahmat membumbung ketika melihat prosesi pemberangkatan dan pemakaman jenazah istrinya.
           
(3)
            Pak Rahmat sedang ada dikuburan. Sepi, hening dan mencekam seolah-olah mati alam sekitar kuburan. Ia mencoba memanggi manggil nama Ibu dan Istrinya namun tidak bisa dirinya mendengarkan suara panggilan itu. Pak Rahmat melihat sesosok makhluk berjubah ditepian ufuk. Makhluk itu menghampirinya dan membicarakan tentang Istri Pak Rahmat. Setelah lama, makhluk itu justru tertawa terkekeh kekeh dan terbahak bahak. Pak Rahmat ingat dirinya pernah ditertawakan seperti itu, namun kali ini yang mentertawainya adalah sosok makhluk halus. Pak Rahmat tidak menanggapinya dengan marah atau jengkel, namun diam.









CERPEN V
“ORONG-ORONG”

            Pak Rahmat telah ditinggalkan istrinya beberapa hari yang lalu. Pak Rahmat yang sudah berusia 62 tahun ditinggalkan istrinya yang baru berusia 52 tahun karena penyakit livernya yang pecah. Kematian itu membuat sekeluarga menjadi sedih dan duka. Namun Duka itu lebih sangat menyentuh dihati Pak Rahmat. Pak Rahmat sering mengunjungi makam Istrinya dari subuh hingga dhuhur. Bahkan  kalau tidak dilerai oleh putri dan menantunya, Pak Rahmat bisa saja bertahan sampai sore di kuburan.
Beberapa hari setelah kematian Ibunya, Putri Pak Rahmat, Annisa seringkali menemui keanehan dalam diri Ayahnya itu. Keanehan yang pertama itu saat Pak Rahmat dan sekeluarga sedang makan. Pak Rahmat membuka piring yang telungkup itu penuh dengan semut merah. Semut semut itu menghilang dengan sendirinya setelah Pak Rahmat menuang nasi ke piringnya. Begitu pula ketika semut semut menempel di tangannya, dengan mudah semut itu jatuh ketanah hanya dengan mengibaskan tangan tangannya. Pak Rahmat mengatakan bahwa sebagai sesama makhluk harus menghargai hidup, sebagai anuugerah dari Tuhan. Maka dari itu Pak Rahmat melarang untuk membunuh semut merah tersebut. Pak Rahmat mengaitkan hal itu dengan kematian Istrinya, Ibu Annisa.
Tidak hanya itu saja, keanehan lain ditemukan Annisa dan suaminya. Annisa merasa aneh melihat Pak Rahmat belum berangkat sholat magrib yang lebih awal seperti biasanya. Begitu masuk ke kamar Pak Rahmat, Annisa melihat pak Rahmat sedang ditutupi selimut disekujur tubuhnya. Begitu dibuka selimutnya, banyak orong-orong berterbangan dari selimut Pak Rahmat. Mulanya Suami Annisa berusaha menyemprotkan obat serangga ke kamar Pak Rahmat, namun pak Rahmat melarangnya dengan alasan yang sama yaitu hidup merupakan anugerah Tuhan. Dikaitan juga dengan kematian Istrinya.
Lebih dari itu, Pak Rahmat menjelaskan pada Annisa bahwa dirinya pernah menggenggam cacing kala tengah malam sedang terjaga. Mulanya dia hampir muntah namun dirinya seolah mendapatkan Ilham bahwa hewan tersebut juga sedang melakukan hal yang sama pada jenazah istrinya dikuburan. Orong –orong yang berterbangan itu membuat suami Annisa yakin kalau binatang itu berasal dari makam Ibu mertuanya maka dari itu ia mencoba membuktikannya bersama Annisa, namun Annisa menolaknya. Namun ketika mereka keluar dari rumah, mereka melihat sekumpulan orong-orong itu berterbangan menuju makam Ibu mereka.









CERPEN VI
“INSTUISI”

Seorang Suami yang sedang menghakimi Istrinya seperti orang gila karena melempari dirinya dengan benda benda disekitarnya kecuali radio. Perempuan itu berteriak teriak memanggil suaminya kemudian disusul dengan suara benda benda jatuh ke lantai. Sebenarnya para tetangga sudah berkumpul didepan rumah pasangan suami istri tersebut. Banyak tetanggga yang menggosipi pasangan suami istri tersebut. Para pembantu tidak akan sanggup tinggal dirumah mereka, anak mantu pada mencat. Padahal anak-anak pasangan suami istri tersebut tergolong sukses. Istrinya yang selalu membanting benda dan memanggil dirinya membuat dirinya keluar rumah meminta bantuan tetangga untuk menenangkan sang Istri.
Sampai dikamar Perempuan tua itu, tetangga yang datang dijelaskan kejadian yang terjadi dikamar itu. Ternyata perempuan itu merasa terganggu dengan suara telepon yang terus berdering sejak tengah malam suaminya tetap saja mendengkur. Ibu tua menjelaskan telepon tersebut berhenti berdering sejam yang lalu. Ibu tua tersebut tidak senang penjelasannya dikaitkan dengan anaknya, ibu tersebut tidak menganggap anaknya. Ibu tersebut juga mengkaitkan penelponan itu sebagai tanda akan ada pengeboman atau mungkin kebakaran. Tetangga menjelaskan tidak akan terjadi demikian. Setelah para tetangga disuguhi minuman dari Lelaki tua, suami si Ibu tua itu berterimakasih pada para tetangga yang telah peduli pada dirinya dan sang Istri.
Beberapa tetangga sempat bergossip masalah pasangan suami Istri tersebut. Mereka menyayangkan akan mereka yang bersikap seperti itu dan memuji si suami yang sangat peduli pada sang istri. Obrolan gosip mereka terhenti karena mereka melihat Ambulan masuk ke halaman rumah pasangan suami Istri tersebut. Mereka juga melihat anak sulung si Pasangan Suami istri tersebut. Ternyata, Si Bungsu anak dari pasangan suami Istri tersebut meninggal dunia karena kecelakaan. Dan lebih parahnya lagi, Si Ibu tua meninggal juga karena serangan jantung begitu melihat jenazah si bungsu terbujur kaku keluar dari Ambulance.

CERPEN VII
“LELAKI TUA DALAM TIGA PERISTIWA”

Aula sekolah yang dipengurusi oleh Bu Ambar akan digunakan oleh suatu organisasi untuk Seminar. Mengingat jumlah pesertanya banyak, Bu Ambar dibantu oleh para siswa untuk mengurusi Tata Boga. Di ruang Tata Boga Bu Ambar melihat sosok laki-laki yang berdiri mematung mengamati keliaran petugas di Aula. Awalnya Bu Ambar berniat mengusirnya karena laki-laki tersebut Asing. Namun, ketika Bu Tien datang Bu Ambar heran karena Bu Tien menyapa dan mencium tangan lelaki itu dengan penuh takzim. Bu Ambar sangat tidak percaya lelaki itu adalah Kepala Sekolah Bu Tien karena tampang laki-laki tua itu dianggapnya mirip dengan penjual krupuk yang biasa lewat didepan rumahnya. Ditambah lagi keterkejutannya melihat laki-laki tua itu bicara di depan mimbar.
***
Kepala Tim yang menangani pemilihan “Imam Teladan Tingkat Kota” sangat kecewa dengan kinerja bawahannya karena mereka telah menetapkan Imam Teladan yang terpilih adalah Pak Maryoto, padahal banyak yang lebih meyakinkan. Kepala Tim menganggap kalau Maryoto adalah guru Kimia yang tidak tahu sama sekali seluk beluk Pesantren apalagi menjadi Imam Masjid. Bawahan Kepala Tim menyatakan bahwasannya memang Maryoto-lah Imam teladan. Maryoto sering menjadi Imam di Masjid Al Wathan. Bahkan Anggota Tim ada yang menyatakan pengunduran diri jika kinerja mereka dianggap sembrono oleh Kepala Tim. Parahnya lagi, kepala Tim menganggap mereka licik dan menganggap Maryoto licik memanfaatkan pemilihan Imam teladan ini untuk bisa naik haji.Bawahan kepala Tim juga menyatakan bahwasannya Maryoto sepenuhnya Imam masjid, bukan guru kimia lagi.
***
Dokter Pandoyo merasa kesal karena mobil pribadinya ditabrak oleh seorang laki-laki tua. Lelaki tua yang menabrak mobil Dokter Pandoyo bukan minta maaf malah menantang sehingga Dokter Pandoyo mengatakan dirinya adalah atlet judo. Dokter Pandoyo memarah marahi lelaki tua itu bahkan membentaknya. Lelaki tua itu minta maaf dan berjanji menyelesaikan ini dengan cara damai. Melihat mobil lelaki penabrak itu berplat merah, dia tidak yakin lelaki itu seorang Instansi Pemerintah karena sudah terlalu tua. Pak Andi meminta Dokter Pandoyo minta maaf pada lelaki penabrak itu karena si Penabrak mobil dokter Pandoyo adalah tokoh masyarakat yang dituakan, agar Dokter Pandoyo tidak menimbulkan kesinisan warga. Dokter Pandoyo bukan hanya hidup dikalangan pasien, tapi juga masyarakat. Ketika mobil dokter Pandoyo hilang, masyarakat yang peduli atas hilangnya itu adalah Pak Samsuri dan Pak Andi.
***



CERPEN VIII
“BELIAU”

Annisa mengajak Romo nya ke hotel dan tidur bersama dirinya di Kamar Hotel. Romonya adalah bapak angkat dirinya. Meskipun tidak ada nafsu sedikitpun, Annisa agak canggung karena harus tidur bersama Romo alias Ayahnya. Kecanggungan itu karena bagaimanapun Romonya adalah laki-laki, dan Annisa takut kalu Romo nya itu berbuat macam-macam di Hotel. Malam harinya, Annisa sengaja membiarkan Ayahnya tidur dahulu meskipun mereka satu Kamar. Ketika sedang terjaga Annisa melihat Romo nya sedang mengerjakan Sholat.
Ia teringat cerita Romonya itu sangat menyayangi Putri kandungnya. Romo telah menjadi Ayah sekaligus Ibu bagi anak kandungnya. Ketika Putri sulungnya hamil, Romo lah yang menjaga, merawat dan membersihkannya. Begitu sayang dan penuh perhatian menggabungkan pekerjaannya sebagai Ayah sekaligus Ibu. Karena itulah Annisa mau tidur bersama Romo nya itu. Mulanya Romo menolak, namun Annisa semakin yakin seolah kehilangan akal sadarnya.
Ketika dirinya sendirian dikamar, ia makin curiga dengan Romo nya akan berbuat macam macam, yang ternyata dirinya baru sedang mengerjakan sholat subuh. Seusai Shalat Shubuh, Romo berganti pakaian sholat dengan baju sport. Annisa mulai memberanikan bertanya akan nafsu seorang lelaki yang teguh Imannya saat digoda setan. Romo menjelaskan dirinya memang lelaki normal namun karena dirinya sedang dalam pemanjaan Allah, seolah ada malaikat yang melarangnya melakukan perbuatan tercela pada Annisa. Romo menjelaskan pula dirinya sedang dimanja oleh Allah SWT yaitu dirinya masih sehat dalam usianya yang lanjut. Annisa berpikir betapa bangganya dirinya mempunyai Romo yang benar benar teguh Iman dan Akhlaqnya.


CERPEN IX
“BAH”

Bencana alam sering muncul di Tanah Air Indonesia tercinta. Gempa Bumi, Tsunami dan Banjir Bandang. Katakanlah  kota “H” dilanda Banjir bandang yang begitu besar sehingga menghanyutkan banyak mayat. Banyak warga yang berusaha mengentaskan mayat mayat yang mengapung disungai, namun begitu sulit. Disisi lain, banyak Warga yang justru ingin berpesta melihat mayat-mayat yang termasuk pembesar pembesar dan pejabat. Salah seorang warga menyuruh seorang Penari Bahenol untuk bernyanyi dan menari sebagai bukti pesta pora akan kematian para Pejabat yang koruptor. Namun tidak berapa lama, terdengar dan terlihat cukup deras. Mereka takut akan banjir yang lebih parah sehingga mereka menyelamatkan diri mereka masing-masing termasuk harta yang dimiliki.




CERPEN X
“ASAP”

Kematian Pak Rusdi membuat banyak warga yakin bahwa Pak Rusdi adalah Imam  yang teladan. Kematiannya yang mendadak ketika mengucapkan salam membuat keluarga Pak Rusdi melakukan pengotopsian terhadap jenazah Pak Rusdi. Hasil Otopsi dokter Yatno dan Asistennya menunjukkan bahwa Pak Rusdi perokok berat. Hasil otopsinya yang termuat di media massa membuat para tetangga berkomentar sinis pada kematian Pak Rusdi sehingga membuat marah keluarga  Pak Rusdi. Keluarga menolak hasil Otopsi dan meminta segera Pengklarifikasian atas kebohongan hasil otopsi itu.
Teman dokter Yatno, Raharjo yang seorang camat juga menyatakan ketidak sependapatan dengan hasil Otopsi itu. Dokter Yatno mantap dengan hasil otopsinya kalau Pak Rusdi seorang perokok berat dan seharusnya sebelum meninggal, Pak Rusdi terkena serangan batuk. Namun ajaibnya, Pak Rusdi masih sanggup membaca ayat Al Qur’an dengan suara yang lantang dan panjang. Bahkan Raharjo berniat menggerakkan masa untuk demo dan membuat dokter Yatno hancur reputasinya. Raharjo yakin bahwa Pak Rusdi benar benar seorang Imam teladan. Dokter yatno yakin juga dengan hasil otopsinya.
Bu Sarjito , seorang Ketua PKK RW IX  sedang melakukan pertemuan rutin dengan warga. Bu Sarjito yang jarang ke Masjid kurang tahu akan Pak Rusdi yang tergolong Imam teladan. Pak Rusdi adalah seorang yang lanjut usia namun mau membantu warga dalam membersihkan sampah dan membakar sampah tersebut. Belum tentu warga mau melakukan hal demikian meskipun dibayar sedikiti tinggi. Pak Rusdi sosok yang Ikhlas tanpa pamrih membersihkan dan membakar sampah. Bu Sarjito meyakinkan bahwa Pak Rusdi sudah 2 tahunan bergumul dengan asap dan bau kurang sedap. Ibu-ibu mulai mampu menangkap maksud kata kata Bu Sarjito. Pak Rusdi yang telah lama bergumul dengan asap membuat paru parunya rusak. Kematian Pak Rusdi memang berunsurkan medis dan misteri campu tangan Tuhan.